Di jalan yang sepi, malam berbisik
lirih
Lampu redup menatap langkah yang
resah
Sementara malam turun dan dunia
tertidur,
Sebagian manusia justru terjaga-
bukan untuk beribadah
Tetapi untuk memangsa sesamanya.
Sebut saja klitih, atau sering kita
kenal dengan nama begal.
Nama yang begitu akrab ditelinga,
menjadi simbol kegelisahan yang mendalam.
Terutama di daerah saya, Yogyakarta.
Begal ini biasanya terjadi di malam
hari, saat jalanan sudah mulai sepi.
Karena jalanan tak lagi sekedar
tempat pulang,
Tapi bisa jadi lorong maut bagi
mereka yang malang.
Tentu saja mereka tak bersalah,
tetapi berdarah atau bahkan sampai tewas di tempat.
Kejadian ini dilakukan oleh para remaja dengan cara melakukan aktivitas dengan bersifat santai.
Tetapi waktu
demi waktu berlalu.
Begal muncul bukan karena niat
jahat, tapi karena jiwa gersang dari nilai dan kasih,
Ada luka sosial yang belum sembuh,
ada perut lapar, ada moral yang tak lagi diberi makan.
Tapi apa pun alasannya, kekerasan
tak akan pernah menjadi jawaban.
BETUL APA BETUL?
Begal ini sangat mengerikan dan mengganggu aktivitas serta kenyamanan warga.
Dan sampai saat ini begal masih
saja berkeliaran di beberapa daerah di Yogyakarta.
Sayangnya, remaja- remaja itu tidak
ada keinginan untuk mengubah sifat kejam ini.
Mungkin yang perlu kita tanya bukan
hanya “ mengapa mereka kejam?’’
Tapi juga, “mengapa nurani bisa
sekarat sedemikian dalam?’’
Jadi apa yang bisa kita lakukan?
Mari kita lawan begal bukan hanya
dengan senjata
Tapi dengan pendidikan dan
kepedulian
Karena ketika perut kenyang dan hati
tenang
Tak ada lagi alasan untuk mencuri
hidup orang lain

Tidak ada komentar:
Posting Komentar