Translate

Senin, 24 Maret 2014

Museum Geologi: Gudang Ilmu Pengetahuan


Berkunjung ke sebuah kota biasanya tidak lepas dari makanan, fashion, dan tempat-tempat wisata lain yang diperbincangkan banyak orang. Tetapi tidak semua wisatawan atau masyarakat bersedia meluangkan waktunya untuk mengunjungi tempat-tempat yang bersejarah. Salah satunya adalah museum. Ada beberapa museum yang bisa kita kunjungi khususnya di kota Bandung. seperti Museum Geologi yang terletak di jalan Diponogoro 57 Bandung.

Museum Geologi yang menjadi gudang ilmu pengetahuan ini memang menarik untuk dikunjungi. Gedung yang pada mulanya diperuntukan bagi laboraturium geologi ini, didirikan pada tahun 1928. Kemudian pada tanggal 16 Mei 1929, bertepatan dengan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke IV, diresmikanlah gedung tersebut sebagai Museum Geologi dengan nama Geologische Museum.

Dengan membayar tiket masuk seharga tigaribu rupiah, kita akan mendapatkan banyak pengetahuan dari museum ini. Dimulai dengan melihat  berbagai masa kehidupan seperti; Arkeozikum (Masa Kehidupan Purba), Proterozoikum (Masa Kehidupan Awal), Paleozoikum (Masa Kehidupan Tua), Mesozoikum (Masa Kehidupan Tengah), dan Kenozoikum (Masa Kehidupan Baru).  Dan kita juga dapat melihat secara langsung koleksi fosil-fosil yang ada pada setiap masa tersebut.

Selain itu, sejarah kota Bandung , manusia purba, asal mula bumi, dan tektonik Indonesia dapat kita pelajari di sini. Sementara di lantai dua, di museum geologi ini menyediakan simulasi gempa bumi yang dapat dicoba oleh para pengunjung. Tentu dengan tata cara penggunaan dan penanganan yang harus kita lakukan jika gempa bumi terjadi. Menarik bukan?
Pengetahuan-pengetahuan seperti ini barangkali memang sudah kita dapatkan di sekolah-sekolah. Tetapi, di Museum Geologi, kita akan  takjub dengan visualisasi  yang terpajang di sana, seperti fosil dinosaurus, tengkorak manusia purba, dan sebagainya.

Jika diperhatikan dari sisi pengunjung, Museum Geologi merupakan museum yang cukup banyak diminati. Berdasarkan data diperoleh, pada tahun 2001, pengunjung Museum Geologi berada di angka 107.797, pengunjung Museum ini memang meningkat setiap tahunnya, sampai pada tahun 2012 mencapai 329.900 pengunjung. Terkecuali untuk tahun 2008 dan 2012 sempat mengalami penurunan. Itu pun tidak  lebih dari 20%. Namun demikian, mayoritas pengunjung tersebut didominasi oleh pelajar tingkat  SMP. Apakah dikarenakan memenuhi tugas sekolah? Atau Museum Geologi menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi ketika Study Tour?

Menurut Lutfi Zulkifli S.Ikom, M.A.P , 30, selaku Humas dan Pelayanan Publik di Museum Geologi, jumlah pengunjung museum memang stabil dan cenderung meningkat. Diakui  Lutfi,  mayoritas pengunjung berasal dari luar kota seperti jawa tengah , yakni rombongan para pelajar SMP dan SMU.

Meningkatnya jumlah pengunjung Museum Geologi tentunya dikarenakan hasil dari  Program sosialisasi dan komunikasi yang bekerjasama dengan badan geologi. Sosialisasi tersebut terdiri dari ilmu kebumian dan kemuseuman. Bentuk sosialisasi yang sudah dilakukan berupa , pameran, penyuluhan, dan eksekusi ke lapangan (memberikan contoh batuan-batuan). Penyuluhan dapat berupa workshop tentang bahaya gempa, sumber daya dan potensi mineral, dan sebagainya.  Dan sasaran dari penyuluhan tersebut dikuhusukan untuk guru-guru geografi dan komunitas.

Sementara dari media komunikasi, Museum Geologi sudah memiliki website dan buku panduan serta  majalah yang disebar di tempat-tempat tertentu. Dan pada tahun 2014 ini, Museum Geologi akan menggelar ulang tahun hari bumi pada bulan Mei dengan kegiatan Menanam 1000 pohon dan pameran tentang cekungan kota Bandung, Bandung Purba, dan sebagainya.

Senin, 17 Maret 2014

Sajak-sajak Meitha KH - Pikiran Rakyat, Maret 2014



Sajak-sajak Meitha KH

Aku Ingin Mencatat Namamu Sekali Lagi: Indonesia!

Aku ingin mencatat namamu sekali lagi
Sekali lagi!
dengan getah jantung pisang
dengan  sisa pembakaran
dengan Rumput-rumput usang
dengan lumpur di dasar kolam
dengan hitamnya bambu, lembapnya kayu,
dan abu tembakau

Aku ingin mencatat namamu sekali lagi

meski darah mencuat, meski ternak di ladang pucat                                                             
meski banjir demi banjir merata dan memuncak
meski getar dan debar bumi di belahan manapun bergolak
meskipun pemimpin-pemimpin negeri ini berpesta dengan semarak

Aku ingin mencatat namamu sekali lagi

sambil melempar benih peperangan
sambil mengulum buah kecemburuan
sambil merangkai bunga perpecahan
sambil menyiram kawan dan lawan

agar semuanya menjadi kebun, menjadi taman,
menjadi surga dalam dunia yang semakin serampangan

Aku ingin mencatat namamu sekali lagi

di antara debur-debur pantai
di liuk gunung-gunung gersang
di sepanjang jalan berlubang
di sela gedung runtuh sebab penuh keangkuhan

Aku ingin mencatat namamu sekali lagi
Hanya sekali lagi!

Bandung, 2014




 Sajak-sajak Meitha KH


Ilusi


I
Semburat langit menyergap jantungku
pada matamu, barangkali akan kutemukan gerbang perhentian
Aku yang setia dengan kenangan,
lagi-lagi putus asa dengan potret-potret lama
II
Ini kamar masa depan
ranjangnya berderak tak karuan
merekam setiap ketakutan
lalu kita gugup membaca bayangan
Kau kabur, aku mengabur
Kau terkapar, aku kelakar
Kau menepi, aku menyepi
III
Langit temurun sunyi
Kita pelan-pelan berhenti
Kita lambat laun mati

Bandung, 2014