Senin, 26 Mei 2025

Pohon “ Sakura’’ Tinggal Kenangan (Najma Syahidah, Mahasiswi STIBA Ar Raayah 4 A)


 

Sebuah pohon yang terletak di tengah kawasan kampus putri Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Arab Ar Raayah, dengan bunganya yang bermekaran di musim hujan, selalu menjadi momen yang dinantikan. Pohon besar dan menjulang tinggi itu dijuluki “sakura” oleh seluruh mahasiswi kampus. Julukan itu tidak pernah berubah, selain karena mereka tidak mengetahui nama asli atau jenis pohon tersebut, mereka juga seakan sepakat tanpa diminta atau ditanya untuk tetap menyebutnya demikian. Padahal, pohon tersebut sebenarnya adalah bungur (Lagerstroemia speciosa), yang kerap disebut sebagai “sakura tropis” karena kemiripan bunganya dengan sakura asli dari Jepang.

Setiap kali musim hujan tiba, pohon “sakura’’ akan menampilkan pesona yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Kelopaknya yang semula muncul perlahan bermekaran menciptakan pemandangan yang tak pernah membosankan. Mahasiswi yang melintasinya seringkali berhenti sejenak untuk sekadar mengagumi keindahannya atau mengambil bunganya yang berjatuhan.

Pohon “sakura” telah lama menjadi salah satu tempat favorit bagi sebagian mahasiswi. Tak hanya karena rindangnya, tetapi juga karena terdapat sebuah kursi di bawahnya. Tak sedikit mahasiswi yang gemar duduk di sana, bahkan sejak pagi buta ketika langit masih gelap dan matahari belum terbit, kursi tersebut sudah diduduki. Tidak hanya pada pagi buta, di atas rerumputan yang beralaskan karpet plastik beberapa mahasiswi sering berkumpul untuk menyantap sarapan bersama setiap Jumat. Mereka beristirahat sejenak melepas lelah setelah membersihkan lingkungan sambil menikmati angin sepoi-sepoi yang juga menjadi favorit mereka. Hingga pada siang hari setelah jam kuliah usai, tempat ini tetap menjadi pilihan bagi mereka yang ingin mengulang pelajaran, atau menghafal Al-Qur'an. Sementara itu, saat senja menyapa, langit perlahan berubah menjadi perpaduan warna jingga dan keemasan yang memesona. Suasana yang tercipta begitu menenangkan, seolah mengajak siapapun untuk sejenak berhenti dan merenungi kebesaran-Nya. Beberapa mahasiswi yang tengah lelah dengan tugas dan rutinitas harian sering menjadikan momen senja di bawah pohon ini sebagai waktu untuk refleksi diri. Di bawah langit yang perlahan berubah gelap, mereka mengingat kembali perjalanan yang telah ditempuh, menguatkan tekad untuk melangkah lebih baik di hari berikutnya.

Namun, roda kehidupan terus berputar, dan kini pohon itu telah ditebang karena alasan yang tidak diketahui oleh para mahasiswi. Rerumputan itu kehilangan sosok yang selama ini menaunginya. Kursi itu kehilangan penghuninya. Langit biru kehilangan penonton setianya. Senja pun kehilangan pengagumnya. Yang tersisa hanyalah kenangan indah yang masih melekat di hati para mahasiswi STIBA Ar Raayah.

 

 

 

 

 

 

Senin, 19 Mei 2025

Kampus Ar Raayah: Menyatukan Hati, Membangun Ilmu Pengetahuan Bahasa dan Syar’i (Inda Hamidah)


 

Jannah qablal jannah” inilah kalimat yang mungkin kamu dengar jika kamu bertanya tentang 

Ar Raayah. Kampus yang terletak di Sukabumi ini memang sudah menjadi dambaan para 

penuntut ilmu sejak beberapa tahun lamanya. Bukan karena fasilitas mewah nan memadai atau 

status kampus yang terkenal nan bergengsi, kampus ini dipilih mereka karena penghuni dan 

lingkungannya yang islami.

 

Kampus Ar Raayah pertama kali dibangun pada tahun 2012. Kampus ini didirikan untuk jadi 

salah satu tempat pembelajaran bahasa Arab yang efektif bagi mahasiswa negeri ini. Berbeda 

dari kampus-kampus lainnya, metode pembelajaran yang diterapkan di kampus Ar Raayah 

masih menggunakan metode pembelajaran klasik. Seperti yang telah kita ketahui, dalam metode 

pembelajaran klasik, para dosen lebih banyak berperan aktif ketika menyampaikan materi 

pembelajaran dibandingan dengan mahasiswa yang ada. Hal ini justru menjadi salah satu 

kelebihan khusus yang dimiliki kampus Ar Raayah, kesempatan belajar bahasa Arab dan ilmu 

syar’i bagi mahasiswa terasa jauh lebih leluasa. Bagaimana tidak, kamu akan mendapati bahasa 

Arab dan ilmu syar’i begitu luas dari pemaparan yang diberikan para masyayikh dan asatidzah

Terlebih dalam pembelajaran kedua ilmu ini, mahasiswa membutuhkan seorang Mu’allim untuk 

menjawab beragam permasalahan yang berkaitan dengan keduanya. 


Selain berperan sebagai perantara bagi mahasiswa untuk dapat menuntut ilmu dari para dosen 

ahli yang berasal dari dalam dan luar negeri, kampus Ar Raayah juga dapat menjadi perantara 

bagi mereka untuk bertemu dengan banyak penuntut ilmu yang datang dari berbagai daerah 

di Indonesia. Relasi yang tercipta di antara mereka tak hanya menumbuhkan tali persaudaraan 

yang kuat, tetapi juga ikut mengembangkan karakter islami dalam setiap pribadi mahasiswa 

hingga termotivasi untuk bersama-sama meraih rida Ilahi.


Itulah gambaran kelebihan Ar Raayah yang dapat penulis sampaikan. Kilas gambaran ini 

tentunya tidak cukup untuk menggambarkan setiap sisi yang ada di kampus ini. Namun, penulis 

berharap tulisan ini dapat menjawab rasa penasaran teman-teman sekalian pada kampus 

Ar Raayah yang Allah berkahi.

 

Kamis, 08 Mei 2025

Dekat Sedikit, Omongan Melejit (Qonita Salsabila Siregar)



        Saya adalah seorang mahasiswi di salah satu kampus yang diperuntukkan khusus bagi wanita. Berada 24 jam setiap hari di sana menjadikan kebersamaan antara dua teman wanita sebagai sebuah pemandangan yang lumrah di mata saya, dan tentunya, juga di kalangan mahasiswi. Namun, tak jarang hubungan seperti ini menjadi permasalahan bagi segelintir mahasiswi yang melihat kebersamaan tersebut  “terlalu berlebihan” atau bahkan tidak pantas. Dalam artikel ini, saya akan menyibak beberapa penyebab kebersamaan antara dua teman wanita di kampus saya yang menjadi pemandangan lumrah, namun juga menjadi masalah.

1. Budaya, Stereotipe Gender, dan Pengaruh Media

    Kedekatan emosional atau fisik yang terlalu intens antara dua wanita dianggap tidak wajar dalam pandangan sebagian mahasiswi. Tak kalah penting, media dan budaya populer juga sering kali menggambarkan hubungan antara dua wanita dengan cara yang sensasional. Tak heran jika sebagian mahasiswi di kampus saya memandang kedekatan antara dua teman wanita melalui lensa stereotipe atau prasangka yang sudah terbentuk dari budaya dan pengaruh media.

2. Gosip dan Stigma Sosial

    Mahasisiwi yang sering terlihat bersama dalam waktu lama bisa menimbulkan spekulasi atau gosip di kalangan teman-teman lainnya. Dalam beberapa kasus, ini bisa dianggap sebagai perilaku yang menyimpang atau mencurigakan bagi mereka yang memiliki pandangan tradisional atau konservatif.

3. Rasa Cemburu dan Ketidaknyamanan

    Terkadang, teman-teman lain yang merasa cemburu dengan kedekatan dua orang tersebut bisa mengganggapnya sebagai masalah. Kebanyakan mereka merasa diabaikan atau tidak nyaman dengan hubungan tersebut.

        Nah, sekarang kita sudah paham, kan, apa saja penyebab kebersamaan antara dua teman wanita di kampus saya yang lumrah, namun juga menjadi masalah. Kita dapat menarik kesimpulan bahwa permasalahan ini disebabkan oleh perbedaan pendapat dalam suatu hubungan. Tidak semua orang memiliki pandangan yang sama mengenai batasan dalam pertemanan. Apa yang dianggap normal oleh sebagian orang, mungkin dianggap berlebihan oleh orang lain, tergantung pada nilai-nilai yang mereka anut.

        Semoga apa yang saya bagikan dalam artikel ini mengingatkan kita bahwa kebersamaan antara dua teman wanita seharusnya menjadi hal yang positif dan dapat memperkuat hubungan sosial di lingkungan kampus. Dengan saling menghargai dan memberikan ruang untuk hubungan sosial yang sehat, kita dapat menciptakan lingkungan yang saling mendukung, mencegah permasalahan tersebut berkembang lebih jauh, serta menciptakan atmosfer yang lebih positif di kampus. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca, semoga informasi yang disajikan bermanfaat!