Translate

Jumat, 10 Mei 2013

5 (lima) Kriteria Pemimpin

Kepemimpinan pada dasarnya dimiliki oleh setiap individu. Seperti yang terdapat pada beberapa sumber yang menuliskan: ”setiap kalian adalah pemimpin”.
Pierre Teilhard de Chardin yang mengatakan bahwa ”We are not human beings a spiritual experience; we are spiritual beings having a human experience” . Melalui pendapat tersebut kita masih bisa merenungkan kodrat kita sebagai manusia: apakah kita menjadi manusia karena pengalaman spiritual ataukah kita menjadi spiritual karena pengalaman manusiawi. De Chardin sendiri, meyakini bahwa kita adalah mahluk-mahluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalaman manusiawi.

Ada lima kriteria pada karakter pemimpin. Pemimpin yang pertama adalah pemimpin yang mengajak orang lain dengan paksaan, pemimpin yang semacam ini adalah pemimpin dalam level terendah. Ia bisa melakukan cara apapun agar orang lain membantu melaksanakan keinginannya. Kita mungkin bisa juga menyebut kepemimpinan semacam ini dengan istilah diktator. Kita tau seorang diktator, apalagi diktator yang menghalalkan segala cara tidaklah disukai oleh pada umumnya manusia. Tapi, pada saat-saat tertentu kediktatoran diperlukan. Kita tidak usah menutup mata, bahwa begitu banyak tokoh berpengaruh yang mempengaruhi dunia dan menjadi bagian penting dari sejarah, oleh sebab kediktatoranya.

Pemimpin yang kedua, adalah pemimpin yang menakut nakuti. Pemimpin tersebut tentu saja tidak menghalalkan segala cara, namun memahami orang lain sebagai mahluk yang penakut. Tapi mungkin pada saat tertentu, pemimpin yang baik dapat juga memanfaatkan efek takut dari manajemen kepemimpinan tersebut. Pemimpin yang ketiga adalah kepemimpinan yang didasarkan pada reward (imbalan). Pemimpin semacam ini adalah pemimpin yang ketakutan orang-orang yang dipimpinnya gagal menjalankan perintah. Tetapi reward dapat dijadikan stimulus untuk merangsang mereka yang kurang motivasi dalam bekerja.

Pemimpin keempat, adalah pemimpin yang rasional. Pemimpin semacam ini adalah pemimpin yang penuh perjuangan, karena ia percaya bahwa efektivitas kepemimpinannya semata ditentukan oleh cara berpikir yang diperintahnya. Karena itu pemimpin pada level ini adalah seorang yang selalu mengajak orang lain untuk mengikuti pikirannya, yang didasarkan pada alasan-alasan rasional. Dan pemimpin yang kelima, adalah pemimpin yang memimpin dengan permintaan biasa. Modal dasar dari kepemimpinan yang utama ini adalah kepercayaan. Membangun kepercayaan pada diri bawahan tentu saja tidak mudah. Tapi semuanya hanya mungkin apabila dimulai oleh kepercayaan pimpinan pada kemampuan bawahannya.

Ada satu kisah sederhana yang dialami oleh Mahatma Gandhi. Pada suatu hari Mahatma Gandhi didatangi oleh seorang ibu dan anaknya. Ibu itu bertanya, bagaimana caranya supaya anak saya tidak lagi makan permen sebab takut merusak giginya. Ibu itu percaya, orang bijak seperti Gandhi lah yang bisa menghentikan kebiasaan buruk anaknya. Tanpa diduga, Gandhi menyuruh ibu itu pulang dan kembali seminggu lagi. Seminggu kemudian ibu itu kembali bersama anaknya, dan menagih janji Gandhi. Gandhi pun memandang anak itu dan berkata: Nak, mulai saat ini janganlah lagi kamu makan permen, karena permen merusak gigimu. Lalu ibu itu berkata, kalau hanya itu yang anda katakan, mengapa tidak sejak seminggu yang lalu. Dengan sederhana Gandhi menjawab, karena seminggu yang lalu saya sendiri masih makan permen. Kisah sederhana tersebut, pada dasarnya adalah pelajaran penting bagi pemimpin untuk memulai dari diri sendiri. Dalam bahasa populer belakangan ini, apa yang dilakukan Gandhi dapat kita sebut integritas.

Referensi: Arvan Pradiansyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar