Kepemimpinan pada dasarnya dimiliki oleh setiap individu. Seperti
yang terdapat pada beberapa sumber yang menuliskan: ”setiap kalian
adalah pemimpin”.
Pierre Teilhard de Chardin yang mengatakan bahwa
”We are not human beings a spiritual experience; we are spiritual
beings having a human experience” . Melalui pendapat tersebut kita masih
bisa merenungkan kodrat kita sebagai manusia: apakah kita menjadi
manusia karena pengalaman spiritual ataukah kita menjadi spiritual
karena pengalaman manusiawi. De Chardin sendiri, meyakini bahwa kita
adalah mahluk-mahluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalaman
manusiawi.
Ada lima kriteria pada karakter pemimpin. Pemimpin yang
pertama adalah pemimpin yang mengajak orang lain dengan paksaan,
pemimpin yang semacam ini adalah pemimpin dalam level terendah. Ia bisa
melakukan cara apapun agar orang lain membantu melaksanakan
keinginannya. Kita mungkin bisa juga menyebut kepemimpinan semacam ini
dengan istilah diktator. Kita tau seorang diktator, apalagi diktator
yang menghalalkan segala cara tidaklah disukai oleh pada umumnya
manusia. Tapi, pada saat-saat tertentu kediktatoran diperlukan. Kita
tidak usah menutup mata, bahwa begitu banyak tokoh berpengaruh yang
mempengaruhi dunia dan menjadi bagian penting dari sejarah, oleh sebab
kediktatoranya.
Pemimpin yang kedua, adalah pemimpin yang menakut
nakuti. Pemimpin tersebut tentu saja tidak menghalalkan segala cara,
namun memahami orang lain sebagai mahluk yang penakut. Tapi mungkin pada
saat tertentu, pemimpin yang baik dapat juga memanfaatkan efek takut
dari manajemen kepemimpinan tersebut. Pemimpin yang ketiga adalah
kepemimpinan yang didasarkan pada reward (imbalan). Pemimpin semacam ini
adalah pemimpin yang ketakutan orang-orang yang dipimpinnya gagal
menjalankan perintah. Tetapi reward dapat dijadikan stimulus untuk
merangsang mereka yang kurang motivasi dalam bekerja.
Pemimpin
keempat, adalah pemimpin yang rasional. Pemimpin semacam ini adalah
pemimpin yang penuh perjuangan, karena ia percaya bahwa efektivitas
kepemimpinannya semata ditentukan oleh cara berpikir yang diperintahnya.
Karena itu pemimpin pada level ini adalah seorang yang selalu mengajak
orang lain untuk mengikuti pikirannya, yang didasarkan pada
alasan-alasan rasional. Dan pemimpin yang kelima, adalah pemimpin yang
memimpin dengan permintaan biasa. Modal dasar dari kepemimpinan yang
utama ini adalah kepercayaan. Membangun kepercayaan pada diri bawahan
tentu saja tidak mudah. Tapi semuanya hanya mungkin apabila dimulai oleh
kepercayaan pimpinan pada kemampuan bawahannya.
Ada satu kisah
sederhana yang dialami oleh Mahatma Gandhi. Pada suatu hari Mahatma
Gandhi didatangi oleh seorang ibu dan anaknya. Ibu itu bertanya,
bagaimana caranya supaya anak saya tidak lagi makan permen sebab takut
merusak giginya. Ibu itu percaya, orang bijak seperti Gandhi lah yang
bisa menghentikan kebiasaan buruk anaknya. Tanpa diduga, Gandhi menyuruh
ibu itu pulang dan kembali seminggu lagi. Seminggu kemudian ibu itu
kembali bersama anaknya, dan menagih janji Gandhi. Gandhi pun memandang
anak itu dan berkata: Nak, mulai saat ini janganlah lagi kamu makan
permen, karena permen merusak gigimu. Lalu ibu itu berkata, kalau hanya
itu yang anda katakan, mengapa tidak sejak seminggu yang lalu. Dengan
sederhana Gandhi menjawab, karena seminggu yang lalu saya sendiri masih
makan permen. Kisah sederhana tersebut, pada dasarnya adalah pelajaran
penting bagi pemimpin untuk memulai dari diri sendiri. Dalam bahasa
populer belakangan ini, apa yang dilakukan Gandhi dapat kita sebut
integritas.
Referensi: Arvan Pradiansyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar