Minggu, 08 Juni 2025

Percakapan antara Mur dan Baut (Cerpen Karya Zaky Yamani): Resensi yang Ditulis oleh Qonita Salsabila (Mahasiswi STIBA Ar Raayah)

 

Ini adalah pandangan pertama, namun ilustrasi spiral hitam-putih yang so psychedelic itu langsung mengganggu mataku. Tidak adakah gaya lain yang lebih menarik hati sang penulis sehingga ia harus menyetujui atau memilih ilustrasi tersebut? Ah, kasihan mata ini.  Tetapi, sebagaimanapun sampul buku itu mengganggu, hatiku keukeuh, ingin tahu cerita apa yang dihadiahkan Kang Zaky Yamani untuk pembaca Indonesia dalam Johnny Mushroom dan Cerita Lainnya.  

Untukmu yang belum mengenal Zaky Yamani, ia adalah satu dari banyaknya manusia yang Tuhan takdirkan untuk lahir di Bandung pada 27 Juli 1978. Menurut sumber, ia pernah bekerja sebagai jurnalis dan editor di Harian Umum Pikiran Rakyat sejak tahun 2002 hingga 2016. Sedikit mengenai pendidikan Kang Zaky, ia pernah menempuh studi Master of Arts di bidang Jurnalisme di Ateneo de Manila University dengan beasiswa dari Konrad Adenauer Asian Center for Journalism pada tahun 2006 hingga 2008. Johnny Mushroom dan Cerita Lainnya adalah karya pertama Kang Zaky yang diterbitkan oleh Majelis Sastra Bandung pada Mei 2011.

Setelah 149 halaman HVS bernuansa ivory milik buku kumpulan cerpen itu habis kubaca, secara ajaib mataku memaafkan ilustrasi spiral sampulnya yang tadi sempat mengganggu. Tak ku sangka, bahkan salah satu cerita pendek di sana berjudul Percakapan antara Mur dan Baut berhasil menarik minatku untuk meresensinya.

Kataku Tentang Cerpen “Percakapan antara Mur dan Baut” (halaman 25-29)

1. Sinopsis Cerpen

Mur dan Baut, dua benda mati yang terpasang pada mesin pabrik tua itu sudah seharusnya digiring ke tempat barang rongsokan. “Tapi, Mur, hidup tanpa pilihan adalah sesuatu yang buruk… benar-benar buruk.” Baut menimpali Mur yang sejak beberapa waktu lalu tak bisa menahan hasratnya untuk terus berbicara tentang mirisnya kehidupan manusia, terutama manusia yang bekerja di pabrik itu.

2. Isi Cerpen

Di tengah keheningan malam, baut yang menempel di dinding mesin terlihat resah. Ia sudah berkarat sejak bertahun-tahun. Tapi karatnya selalu dicoba untuk disembunyikan. Ia diolesi cat hitam. Kadang sengaja diolesi lagi dengan minyak oli.

“Hei, Mur, sudah tidur kau?” tanya Baut kepada sahabatnya, Mur. Bermula dari pertanyaan Baut inilah percakapan panjang dan mendalam antara dirinya dan Mur dimulai. Percakapan itu hanya berputar-putar pada satu tema, tentang manusia.

Di antara sunyinya malam dan heningnya pabrik, Per yang merasa waktu istirahatnya ternganggu oleh percakapan dua temannya itu membentak, menyuruh mereka diam. Alih-alih menurut, Baut yang tidak bisa menahan hasratnya untuk mengobrol dengan Mur tetap acuh. Mur, yang entah ingin beristirahat atau tidak hanya menyahut, menimpali semua obrolan yang dilempar Baut padanya.

3. Kelebihan

Cerpen ini berhasil menyajikan perspektif unik dan sederhana dengan dialog imajinatif antara dua benda mati—mur dan baut—yang menyampaikan pandangan mereka tentang kehidupan manusia. Bahasa yang lugas dan efektif menjadikan para pembaca dapat dengan mudah memahami kritik sosial yang tersirat dalam cerpen ini.

Untukmu yang menyukai pendekatan filosofis dan imajinatif dalam cerita, maka cerpen ini adalah pilihan yang sangat cocok untukmu dibandingkan cerpen lainnya di buku ini yang menyuguhkan pendekatan realistis, seperti: Johnny Mushroom, Nihil, Saturday Night’s Lullaby, dan Hangover.

Akan tetapi, kisah dalam cerpen Kambing Gunung Padang Bintang dan Dasamuka di dalam buku ini juga memiliki pendekatan yang sama. Maka dari itu, daya tarik yang tidak dimiliki kedua cerpen tersebut dari Percakapan antara Mur dan Baut adalah kepemilikan cerita yang sangat ringkas. Hal ini berpotensi menjadikan pesan yang terkandung di dalam cerpen Percakapan antara Mur dan Baut lebih cepat tersampaikan kepada pembaca.

4. Kekurangan

Sampul buku bak wajah manusia, nilai pertama pastilah diperuntukkan padanya. Meskipun memiliki desain sampul yang mencolok dan mencerminkan tema buku, yakni tentang kehidupan urban yang terpinggirkan, namun warna cokelat-putih yang sedikit kusam dan ilustrasi spiral yang terpampang pada sampul kurang diminati oleh mata pembaca masa kini. Banyak dari mereka yang lebih tertarik ketika melihat sampul karya-karya Kang Zaky yang lain, seperti sampul buku Bandar, Pusaran Amuk, dan Waktu Helena.

Selanjutnya, dengan benda mati sebagai karakter utama dengan alur cerita yang sederhana, maka kamu akan menemukan keterbatasan karakter dan konflik cerita di dalam cerpen Percakapan antara Mur dan Baut. Akibat keterbatasan ini, mungkin saja kamu akan merasa sulit terhubung secara emosional ketika membacanya.

5. Kesimpulan

Percakapan antara Mur dan Baut adalah satu-satunya cerpen dari ke-15 cerpen lainnya di buku Johnny Mushroom dan Cerita Lainnya yang berhasil menyampaikan kritik sosial secara kreatif, imajinatif, filosofis, dan ringkas. Dengan beberapa keterbatasannya dalam karakterisasi, alur, dan sampul, cerpen ini tetap menjadi rekomendasi hangat untuk pembaca masa kini.

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar