Jumat, 14 Juni 2024

Kumpulan Puisi David the Complex (Di Balik Songket)


 

Di Balik Songket

 

Tanah Palembang kutinggalkan seusai hujan dalam keadaan basah

Mirip tetes-tetes air mata yang kau sembunyikan

di sela-sela lentik bulu matamu

yang kurasakan makin hari makin indah

Sementara kaki ini sulit sekali kutahan untuk terus melangkah

Seperti ada hati yang berteriak-teriak lantang

karena bunganya sedang harum merekah

 

 

 

 

 

Di Balik Songket (2)

 

Cahaya dan kaca

Apakah yang kalian lihat dari pertempuran ini?

Kelopak mata sipit  terbuka membentuk garis lengkung

Jembatan mimpi atas tangis

Suka dan tawa duka sepanjang napas

Tetapi engkau membawa penghiburan

Karena engkaulah penghibur itu

Kesesatan semu hadir karena kilat cahaya membentur kaca

Maka kutunggu senyum anggukmu kesesatan semuku

 

Oktober 2009

 

 

Di Balik Songket (3)

 

Beethoven, Vivaldi!

Kemana tangis itu pergi?

Dia belum datang, katamu

Dia pasti datang, katanya

Lalu apa makna aroma ini?  

Kata, angka, suara, rasa, semua Semua!

Baikkah kuakhiri saja mimpi ini?

Meski kepala-kepala adalah titik dan garis statistik,

pun asap rokok menggambar buih dan mataku pedih

Tapi tanganmu masih menggaruk di sana

Menanti tangan (tangan?) lain menggaruk yang lain

Cantik, katanya Rindu, katamu

Tapi air terlanjur mengalir dari gunung

Bukan layaknya larva krakatau dan champaigne yang membasahi wanita berpayung

Baiklah kuakhiri saja mimpi ini

Lalu kugambar garis dan titik menjadi statistik semu

 

Oktober 2009

 

 

 

Di Balik Songket (4)

 

Azan siangmu berpetir

Pelangi patah menjadi biru hitam dan pink:

biru adalah ibu, hitam melindungi, pink kebebasan

Aku bukanlah pelangi itu

Tak berpatah

Tiada patah karena aku adalah abu- abu

Putihnya indah, hitamnya sejuk

Dayang-dayang pun menari dengan dada setegang busur

Bersiap melesatkan wajah-wajah kelaparan dan keniscayaan

Anak-anak tertawa di pinggir lintasan tamiya

Saling bertabrakan,

Pecah, bukan saja patah

Pecah menjadi tidak lagi biru, pink atau hitam

Azan yg berpetir

Meninggalkan yang patah dan pecah: lihatlah matamu, adakah aku abu-abu?

 

Oktober 2009